Pages

Tuesday, November 24, 2015

HWU 2015 Graduation Speech


Chancellor, members of court, guests, colleagues, new graduates, 

At our university, no day has been more significant than our graduation day, and its nothing that we enjoy more than to celebrate the achievments of our students. 

You all know the phrase 'get the flags out'. Well i hope you noticed that we’ve done just that as you came out the avenue today, you should’ve seen the 3 of them; the saltire, the union flag, and the university flag bearing our code of arms. And we fly them in celebration of our graduation week. I’ll leave it to you to decide the order of priority.

(Gratulation address to doctorates and graduates)

(Brief history abt HWU and its founding fathers eg Leonard Horner and Robert Bryson)

(HWU vision, culture values, and current achievements)

History doesn’t record where the conversation took place (ie. between Horner and Bryson to set up a technical school in Edinburgh), but I always imagined it to go on in a new club in the middle of Edinburgh. And as the name suggest, it is in fact, very old. It is the sort of place where gentlemen and ladies of a certain age, thinks that there’s no problem more difficult in the world today that cannot be put right in a comfortable chair after dinner.

For most of you, all of you, today marks an important milestone and a start to a new journey. It’s a bit like the first day you showed up here - a new start a new phase in life. But it’s different. 

In university, there is a curriculum. There are core courses of study. In your next phase of life, there’re only elective courses of study. Pick the right ones. Don’t pick all the easy ones. The future awaits you. I’m sure you’ll all continue to make us all proud.

So my next bit of advice is; be alert to opportunity. And take action. Don’t limit your aspirations. Be ambitious. Go out. Amaze people. Impress people. Inspire people. Don’t be afraid to take that next big step. 

This is still pretty tough time, not least, economically. I’d like you to think of that, though, as opportunity. Challenge means change. Change means opportunity and many great enterprises have been born out of such challenge. 

The ultimate of you as individual is not how you get on one at a time. That’s easy. But how you get on in a challenging and difficult time.

There’s something about an occasion like this, particularly if you’re standing at the front wearing an outfit like mine in which give you such a compulsion to author advice. But i suspect I should be careful (as) I recalled a schoolboy essay which said that "Socrates was a wise Greek philosopher. He walked around giving advices to people. They poisoned him."

(Acknowledgement to students' families, staffs and supports)



Julian Jones,
Vice-Principal HWU.

Ahh terpromote insta sendiri. 

Monday, October 19, 2015

Percaya.

     Sejak waktu itu, berubahlah keadaan. Hati yang masih ragu-ragu menempuh hidup, sekarang sudah yakin. Kepercayaan yang tadinya setengah-setengah dari kedua belah pihak, sekarang sudah bulat dan tidak ada ragunya lagi. Medan perjuangan pun terbukalah, tidak ada lagi lurah yang dalam, bukit yang tinggi. Sebab kehidupan itu adalah laksana bahtera jua, si suami adalah nakhoda, si isteri juragan, dengan berdualah selamat pelayaran itu.

Matahari pun terbitlah dari timur, panca warna mega membawa nikmat angin sepoi-sepoi basah, udara pagi yang lembayung meliputi alam. Malaikat yang bertakhta di atas awan berarak, laksana tersenyum melihat makhluk keluar dari rumahnya masing-masing, mencari tutup badannya, mencari isi perut, mencari peruntungannya di bawah kolong langit yang luas terbentang itu.

Di antara begitu makhluk yang percaya akan kekayaan Tuhan, memang bumi membuahkan padi dan tanah menghasilkan emas, yang tidak putus asa, yang percaya bahawa selama nyawa dikandung badan, rezeki telah tersedia, adalah terdapat kedua-dua suami isteri itu, keluar dengan hati yang gembira, percaya akan pertolongan Tuhan, dan yakin akan perhubungan yang ada dalam sanubari mereka sendiri, iaitu cinta suami isteri yang sejati!

Majulah ke muka, tempuhlah lautan Baharullah yang luas itu, beranikan hati menghadapi gelombang yang bergulung-gulung. Kerana dengan bermain ombak dan membiasakan menempuh gelora itulah makanya penyakit mabuk laut akan hilang. Pada tiap-tiap bertemu dengan suatu kesusahan dan suatu halangan dalam bahtera rumah tangga, itu adalah ujian; bila sampai ke sebaliknya tertegak pulalah sebuah tiang yang teguh dan sendi yang kuat, untuk membina rumah kecintaan itu. Di manakah letaknya keberuntungan kalau bukan dalam hati?

Bolehkah keberuntungan itu dinamakan kepada wang berbilang dan emas berkarung-karung? Bukan, bukan dari sana asal mulanya, sebab ramai orang dilingkungi oleh kebahagiaan dunia, tetapi hatinya senantiasa kesal.

Ada pun sebab-sebab yang menimbulkan rasa beruntung dalam hati itu, jalan rasa percaya-mempercayai dalam rumah tangga, antara suami dengan isterinya, demikian juga kaum kerabat sekalian. Keberuntungan tidak dapat dinilai dengan barang.

- Hamka, Merantau ke Deli.


Subhanallah. Such a beautiful self reminder, isn't it?
Percayakan Dia. Percayakan dia.

Hingga syurga (no cheesiness intended).

Saturday, July 11, 2015

FB social experiment

1) The response.

Ada yang bagus (perhaps they know who i am inside out). Ada yang mengarut. Dan ada yang langsung lari dari topik asal. Ada yang ikhlas memberi solusi, despite not knowing one's shortcomings. Dan ada yang tidak pernah memberi solusi tapi hanya menambah rencah perbahasan supaya tampak intelektual seperti saudara Imran Mustafa. haha.

Kadang2, ia mampu memberi gambaran ringkas tentang siapa circle of friends kita. Gambaran ringkas je lah sebab this is ultimately the virtual world je pun.

2) The (unknown) disclaimers.

Disclaimers restrict one's opinion, hence it is always best to avoid them unless you are being very objective. I, of course, do not have nothing in mind for my postgraduate studies, do not have limited exposure of industrial experiences, and do not 'really' into medics. Those are only provocations and false declarations - intended to dig alternatives or to table new discussions.

You see, ceteris paribus opens new perspectives of how we see the premise. For instance, reading between the lines in my status below, one could simply concur that engineering studies are not for the curious minds. To a certain degree, it serves corporational profit purposes only. But that is exactly how the world works. Commercialisation, including education business, without doubt, has propelled our civilisation forward. In a larger scale, WW1 'war business' has enabled us to make rockets to the Moon.

Have we derail from the original social experiment? Nope. The experiment's loose variables, in a sense, knock us hard with harsh realities. Our job is simple - connect the dots and see the world in a wider spectrum.

3) Uslub (methodology)

Of course, there should be a much formal way to gather informations. But a social experiment is a social experiment. Friends (or anonymous) must be really comfortable in giving his/her opinions, hence I believe a normal conversation with subjects not knowing that it is an experiment, is a better way to go.

Apebende ntah yang aku merepek nih, hahah. But in all honesty, I enjoyed playing devil's advocate in all social media that I have (evil grin). I know, I am that lonely :(

ps: status fb di bawah tidak mewakili pandangan sebenar penulis, atau siapa-siapa saja yang tumpang menawarkan komen. aku minta maaf sebab tak erase nama korang. haha keji kan.

 





Wednesday, April 29, 2015

Belajar overseas, tapi tin kosong.


“Hud, flight pukul berapa esok?”

“Insya-Allah 4pm. Masuk check-in pukul 2pm.”

“So kita jumpa nanti at 1pm okeh?”

Allah… tak perlu susah-susah pun fi… korang busy dengan exam kan…”

Tapi aku peduli apa. Lepas habis first paper tadi aku terus cabut ke airport nak hantar Hud back for good. Dahlah jumpa pun jarang-jarang, mintak bid farewell pun tak perlu katanya. Memang nak kena sekeh budak ni.

Maka telah hilanglah sebutir permata di tanah Inggeris. Hud ni memang perfect lah orangnya. Sudahlah arkitek, kaya budi bahasa dan tampan pula. Sempat jugak kami mencedok pengalaman hiking beliau sebelum masuk security tadi… huhu. 

Eh dah macam appreciation post untuk Hud pulak, haha.

Tapi antara feature Hud yang paling aku pandang tinggi ke langit ialah sikap aktivisme beliau la kot. Ya Allah rajin gila okay arkitek ni. Berprogram sini sana. Hiking macam tak cukup tanah. Establish excellent rapport dengan semua orang, especially postgrads and undergrads alike. Membangun pula jiwa-jiwa abnaul harakah di usrah berkalanya. Serius idola gua.

Terkadang kalau aku rasa masa seakan sangat menghimpit, orang-orang macam Hud lah yang aku cuba recall. Orang-orang yang menggagaskan idea bahawa keterbatasan masa tidak menjadi penghalang untuk terus istiqomah. Regarding istiqomah, Arwah Mas Afzal cakap (di sebuah program KY dahulu kala) - keep reminding us the utmost pleasure of seeing our khalik in jannah as our drive of betterment.

Semua kenal kot arwah Mas Afzal? Aktivis Malaysia yang study di Sheffield dulu tu. Kawan-kawan Malaysia sentiasa senang akan kehadirannya. Brader brader Pakistan pun suka dengar tazkirah arwah di Sheffield. Lagenda beb. Lagenda.

Sayangnya, sudah tak ramai orang macam ni di tanah Inggeris. Makin lesu agaknya kita orang Malaysia yang dibiaya kerajaan ini. Dan tak perlu pun jadi figur-figur besar eg pengarah program, presiden persatuan bagai. Cukup dah sebenarnya kalau setiap daripada kita diketahui dan dikenali di mata masyarakat.

Kadang-kadang aku lebih suka dengar pergaulan mesra antara undergrads dan postgrads. At least nampaklah budak undergrad tu tak terperuk dalam bilik dan antisosial. Nampaklah cakna dengan makhluk di sekeliling tu ye tak..?

“Oi Amjad! Perform lak kau keeper malam ni. Exam camne?”

Haha alhamdulillah ok je. Haa anak abang macam mana? Haritu kata demam?”

[Insya-Allah ada kena mengena dengan manusia yang masih hidup atau yang telah mati. Dialog antara undergrad dan postgrad di atas hanyalah contoh.]

Kenapa aku bangkitkan isu budak overseas ni, out of the blue? Sebab aku merasakan sikap cakna kita dengan ORANG dah makin luntur. Semuanya nafsi-nafsi. Sendiri-sendiri. Makin misunderstood agaknya mentaliti ‘oh niat utama aku ke obersi hanyalah belajar untuk segulung ijazah’.

Entahlah. Aku tak mintak pun kalian semua atau kawan-kawan jadi penyokong/pendokong agama. Cukuplah at least melazimi diri bersama dengan adik-adik abang-abang kakak-kakak di tempat masing-masing. Dapat join usrah lagi bagus. Haaa usrah tu pulak jangan duk bedah kitab ikhwan aje. Isu semasa ditolak ketepi lepas tu balik Malaysia tiba-tiba nak bising dengan polisi kerajaan. Eeiii aku pantang betul orang macam ni.

Panjang pulak aku membebel malam ni haha. Banyaknya tertuju pada diri sendirilah sebenarnya T_T

Fathi Yakan ada kata - melarutkan diri dalam masyarakat merupakan prasyarat untuk intima’ dalam gerakan Islam. Tinggal kita nak ikut atau tak nak je. Tak nak ikut sudah. Baliklah kau ke Malaysia tu sebagai yet another tin kosong. Tetibe.

Aku tau. ISOC je pun. Tapi bangga gila k ramai juniors nak run for the post. Haha.

Wednesday, April 22, 2015

Form 2 #tbt

I don’t really observe my learning curve. But if there is a time which I can perceive as my turning point (read: the sharpest curve on my timeline) in terms of maturity and how I see the world, it would be when I was 14. Why?

1) Because it was during form 2 that we learned how to do ‘mandi junub’. Like literally learning it step by step from top to toe. I must thank Hosni (yes budak kmb yg belajar medik di Notts tu) and his fellow batchmates for conducting this mandi junub session for us budak hingusans. Kena bercangkung gosok bagai ditunjuknya. Haha. Jangan harap parents aku nak ajar benda-benda macam ni so in a way aku rasa sangat bersyukur. Dahlah ajar dalam surau -.-

2) It was the same Hosni aforementioned, who woke me up in the middle of the night - 2 am, if I recalled correctly - to ‘assist' him in his study. Dalam keadaan mamai, aku disuruh baca buku teks Syariah Islamiyah kuat-kuat supaya Hosni dan kawan-kawannya dapat buat listening revision. Entah kenapa I did not protest (perhaps due to the unique bullying technique), and thanks to him, I remembered syarat-syarat nikah until now.

3) Unlike other form twos, my form 2 batch had to do all the tedious works typically done by the form 1s. Kerja-kerja buli tipikal seperti susun kerusi di dewan utk assembly, susun quran ikut colour di surau, semuanya kami yg buat. Pernahlah aku protes pada abg Zul, ‘Abg Zul, form 1 kan ada. Kenapa masih kitorang je yg buat kerja-kerja ni?’

‘Alaa rilekslah. Nanti korang besar korang akan nampak sebab apa kitorang mintak tolong itu ini. Lagipun budak form 1 ni tak boleh harap sangat,’ jawab abg Zul lebih kurang. Aku senyap je lah. Takkan nak menjawab pulak. Concern aku cuma satu: kalau form 1 tak dibiasakan buat kerja-kerja berat, besar nanti diorang naik lemak pulak. Dan memang betul pun - entah kenapa makin ramai juniors yg 'lembut-lembut’ selepas batch aku. It was then exacerbated by the introduction of joget lambak @ zumba yg cikgu2 sekolah aku duk tergila-gila. Kuat sangat pengaruh puteri umno ni. Tepuk dahi.

Bila aku naik form 4, the 'unspoken boarding school rule’ became completely explicit. The unspoken rule that says ‘nak bentuk budak biar time form 1 dan form 2. Naik form 3 dah payah dah nak nurture diorang ni.’ Barangkali hanya terguna pakai untuk pelajar putera, tapi kebenarannya tetap ada. Kesan daripada ‘buli manja’ ini, batch aku langsung tak kekok buat kerja-kerja remeh, hatta bila dah masuk form 5 sekalipun. Hubungan dgn seniors pun okaylah.

4) The year which I decided to join the school debate team. But it didn’t last long, haha. Once I gained my confidence - which is one of the purposes I’m joining them in the first place - I quit. Besides, they’re doing trainings during riadah kot! A complete no-no for a typical pelajar putera >.<!

5) 2006 was also the year Integomb started to participate in hockey games, and I think I was lucky enough to be part of this historical stepping stone memoir. By 14, most of my batchmates already had basics in our school’s core sports like basketball and rugby, but idk why, my chosen niche was hockey. Integomb’s first official hockey match was against SAS. It was raining cats and dogs, we slipped too many times on the turf, and we put up a good fight to a nil-nil score during the U-14 SBP tournament, and from that particular time onwards, we played hockey like there are no tomorrows.

6) Kem Kenaikan Pangkat Kadet Remaja Sekolah. Aku join pun sebab org lain dah ada pangkat koperal/sarjan. Aku je yg takde apa2. haha. Yang seronoknya, kem ni melibatkan sekolah-sekolah harian di sekitar Selangor and I was way out from my comfort zone. Ada yg baik dan ada yg baru nak kenal Tuhan. Pengalamannya sama mcm di PLKN dahulu - bahawa kita kena buka mata dan terjun ke dalam realiti sebenar pelajar2 bukan SBP. Kita bermewah, mereka bermengah. Di manakah keadilan pendidikan?

7) Zaman hormon tak stabil. Malah ada rakan yg dibuang sekolah kerana terlibat dlm salah laku songsang dgn senior. Kes terpencillah kot, tapi poinnya, ada juniors yg betul-betul innocent dan tak ada defense mechanism / awareness dlm bab2 ni. Dan ada senior yg celaka yg mampu menggoda adik2 utk buat oral sex. Sejak drpd kes ni, aku makin berhati-hati dgn senior yg suka pegang kita lebih2. Mintak tidur sekatil takpe lagi, tapi kalau sentuh lebih2 memang mintak makan kaki lah.

8) Pengenalan kitab kuning. lol. Ustaz Roslan taught us Munyatul Musolli (a kitab kuning treasure abt the solat) from page to page. Tapi tak sempat habis talaqi pun sbb Ustaz Roslan pindah sobs3. At some other time after Isya or during classes, our asatizah gave us lectures abt their experiences in middle East, andddd politics. Tapi diorang tak pernah pun nak bawak students pergi usrah pemuda Gombak walhal dekat je. Aku tak puas hati hahaha. Anyway, rasa terisilah jiwa dgn adanya kehadiran asatizah ini. Sesuatu yg aku tak mungkin dpt di rumah.

9) Penubuhan ISO (click here)

Thursday, March 26, 2015

Vienna weekend trip

Hari pertama:

Flight Edinburgh - Brussels - Vienna. Alhamdulillah tiada delay. Cuma transit selama sejam dirasakan tidak mencukupi. Sudahlah Brussels airport besar gila (dah macam shopping mall wehhh), kena pula berjalan entah berapa kilometer dan pertukaran terminal pun ada security check. Belengaih ketiak gua. Haaa yang uniknya pasal airport ni, ia tiada multifaith prayer room. Ruang sembahyang dipisahkan mengikut agama. Malah, bilik Ortodoks, Katolik dan Protestan juga dipisahkan! Seolah-olah Brussels menentang pluralisme dan hanya meraikan pluraliti agama. Lol.

Sesampainya di Vienna airport, aku terus menaiki bas ke West Wienbahnhof; antara stesen kereta api yang utama di Vienna. Dari bahnhof pula, aku berjalan kaki selama setengah jam ke Mariahilfer Strasse - high street tempat terletaknya hotel abah. Yang kelakarnya, abah tak tahu pun pukul berapa aku akan sampai di hotelnya. Nak call pun tak boleh sebab tak beli simcard. Internet pun takde. Maka aku pun mengambil kesempatan ni untuk prank abah hehe.

Nak prank abah tapi tak jadi haha. Tapi ada video abah surprised, hehe

Pranknya tak menjadi pun. Abah tengah lena tidur masa aku sampai. Ciskek. Tapi still rasa excited gilalah dapat jumpa abah. Abah banyak bercerita tentang kerjanya di Klagenfurt, tentang family updates dsb. Aku senyap je sebab macam tak sangka dapat jumpa abah lagi. Kecik betul dunia sobs2.

Hari kedua:

Lepas breakfast, destinasi pertama kami ialah Musequartier. Ada banyak jenis muzium di sini. Kebanyakannya art-based dan berbayar. Disebabkan kami berdua tak boleh appreciate arts, maka kami tak masuk mana2 muzium pun di Musequartier, haha. Tapi bangunannya cantik2, so it’s worth a slow stroll la.

Kemudian kami masuk Natural History Museum. Best gila seriusss! Sikit lagi boleh lawan yang di London tu. Lama jugalah lepak dalam muzium ni. First time aku tengok batu real dari bulan dan Marikh. First time aku pegang meteorit asli. First time aku sentuh tulang dinosaur betul! (note: those dinosaur bones on display in most museums are casted one). Ada exhibition pasal mammoth and our homo ancestors.

Abah looking at the real-sized mammoth

Regarding our homo ancestors, abah said, “ado soghe ustaz hok mari ngajar ssurau rumah kito tu, dio kato nabi adam turun ke bomi dalei 40k tahun lepah. Dok tahu maghi mmano sumber dio, tapi ado doh ore srupo kito sebelum nabi adam.”

I’m actually glad to at least know that abah was aware of the ‘adam sebelum adam’ theory. Homo erectus and the other homos were already million years before us. Aaaand we had a long discussion in the museum, also as I exchange those Big bang theories while we watch the beginning of the Earth in the universe section. Minda kekenyangan.

We then made our way to the Imperial Palace. There are a few museums in here as well - each with different priced tickets. Price discrimination at its best -.-! 

Lalu tiba2 perut berbunyi. Nasib baik senang cari makanan halal di sini. Ada berlambak kedai kebab di Mariahilfer Strasse. Balik hotel, makan, solat, tidur. Lepas isya kami bercadang untuk ke Rathaus (katanya lampu limpah pada waktu malam sungguh mempesona?). Dalam perjalanan ke Rathaus, entah macam mana, tersinggah pula ke Turkis; sebuah restoran Mediterranean.

2 jam juga kami makan sambil berborak. Borak anak dan abah. Meluas pula topik perbincangannya. Daripada isu politik, ekonomi, sehinggalah ke isu masa depan aku. Tentang bagaimana ejen kereta memperoleh lesen perniagaan melalui orang dalam; tentang spekulasi dalam nilai hartanah; tentang salah tadbir kerajaan, dsb. Lol barangkali begitulah lelaki. Idea sembangnya bukan sahaja datang ketika solat, malah juga ketika makan.

“Payoh nok uboh policy kerajaei. Hanyo kalu anok minister technology buat research dalei solar energy, barulah kito buleh focus on renewables. I scratch your back you scratch mine. That is how Malaysia works.” Demikianlah kata abah. Aku tak kisah sangat kot pasal polisi tu. Yang aku kisah sekarang macam mana woii nak beli rumah harga dah juta-juta. Adei.

Usai makan, kami lalu berjalan perlahan-lahan ke Rathaus. Dari bangunan parlimen, Rathaus kelihatan tersergam indah dari jauh. Sungguh ia cantik. Malangnya apabila kami mendekat, lampu limpahnya dipadamkan. Huhu… sedih gila. Tak sempat bergambar pun.

Hari ketiga:

Kami memulakan hari dengan menaiki underground Neubaugasse - Stephansplatz. Beli 24hr ticket untuk penjimatan berganda. Mercu tanda Vienna yang sering dapat dilihat di fridge magnet mahupun di t-shirt ialah di sini, iaitu Stephansdom; antara gereja yang paling tinggi di dunia. Tak masuk pun dalam gereja. Risau takut abah marah haha. Dari Stephansdom, kami berjalan sepanjang Karntner Strasse untuk mencari cenderamata2 yang ingin dibawa pulang.


Menjelang dinihari, kami menaiki underground Stephansplatz - Nestroyplatz untuk mencari Masjid Hidaya. Usai solat Jumaat di situ, kami bermalas-malasan sebentar dan berborak dengan ahli kariah masjid. Masya-Allah masjidnya sungguh meriah! Kanak-kanak bebas bermain kejar-kejar dan golongan emas kelihatan mesra bertemu dan bertanya khabar. Mudah untuk berkomunikasi dengan mereka di sini kerana rata-ratanya aku perhati berbahasa Arab dan Jerman; yakni bahasa asing yang kami berdua boleh fahami.

Setelah bertanya tok siak masjid, kami lalu mencari kedai makan halal untuk lunch yang terletak hanya 50 meter dari masjid.

Destinasi seterusnya ialah Schonbrunn Palace; sebuah istana di zaman kerajaan Roman. Untuk ke sini, kami menaiki underground Nestroyplatz - Schonbrunn. Dalam perjalanan, kami singgah sebentar di Auer-Welsbach Park - memerhatikan gelagat Viennese berpiknik dan bermain dengan anjing-anjing mereka. Tenang sungguh gamoknye. Seperti tiada masalah hidup.


Tak banyak yang dapat kami lakukan di Schonbrunn Palace, melainkan sekadar bergambar-gambar seperti kebanyakan tourist. Oh, ada satu insiden yang kelakar berlaku di sini. Ketika itu, aku ingin meminta orang untuk mengambilkan gambar kami berdua. Lalu aku merapati seorang pelancong Cina yang kebetulan berada paling hampir dengan kami.

“Errr… excuse me? Can you take a picture of us?”

Cina tua itu mengangkat mukanya daripada kameranya, seraya, “no no no. Cannot cannot.”

“No I mean you use my camera to take a picture of us?”

“No no cannot,” balas Cina tadi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya yang aku syak merupakan Cina Singapore. Lol. Kiasu nak mampus. Aku dan abah aku; facepalm. Haha. Puas berjalan di sekitar taman istana, kami pun pulang ke hotel. Abah bawa nasi instant untuk dinner. First time aku try nasi briyani kambing instant. Katanya, nasi instant yang sama abah bawa masa abah travel ke India tempoh hari. Okaylah boleh tahanlah rasanya.

Hari keempat:

Hari terakhir abah di Vienna. Kami checkout siap-siap dan meminta agar bagasi kami disimpan di hotel buat sementara waktu. Menapak keluar dari hotel, aku tak tahu seterusnya hendak ke mana. Ada saja tempat-tempat yang menarik tapi disebabkan kami berdua tak boleh nak appreciate art gallery and the likes, pilihan menjadi terhad.

Kami pun membuat keputusan untuk melihat Rathaus lagi sekali. Sempat juga kami bergambar di hadapan Burgtheater. Tidak semena-mena aku terlihat sebuah bangunan yang agak familiar di sebelah Rathaus. Kami membawa diri ke bangunan itu. Setelah diamati, bangunan tersebut rupa-rupanya ialah Universiti Vienna. Aku mencadangkan agar menjenguk masuk ke dalam kompaun universiti sementara masih ada banyak masa sebelum flight abah pada waktu petang nanti. Abah bersetuju.

Aku mengambil kesempatan ini untuk connect to eduroam wifi, haha. Menarik juga sejarah universiti ini jika dibaca. Bangunannya juga cukup lama dan dijaga kemas. Ada ukiran patung dan plak-plak alumni di sepanjang koridor universiti ini. Setelah hampir pasti tiada apa yang ingin dilihat, kami mengambil keputusan untuk pulang dan makan tengahari.

Amacam? Familiar tak dengan tangga dan koridor ni?

Tiba-tiba, abah meminta diri untuk ke tandas. Sementara menunggu abah menyelesaikan urusannya, aku naik ke tingkat atas universiti secara senyap-senyap. Aneh. Aku berasa seperti pernah melihat tangga yang aku naiki. Koridor tingkat dua bangunan itu pun terasa begitu familiar. Tiba-tiba aku ternampak papan tanda ‘bibliothek’. Aku menuju ke situ dengan lagak seorang student kebanyakan. Masuk saja ke dalam pustakanya, aku terpana. Otak aku berpusing ligat.

‘Laaa… ini library yang Rangga selalu study tu dalam cerita 99 cahaya di langit Eropa. Patutlah macam pernah nampak koridor dan tangga tadi..,’ aku bermonolog sendirian. Walaupun aku tak suka filemnya sebab ada banyak fakta yang salah, tapi aku berasa excited sebab rupa-rupanya aku sedang berada di lokasi penggambaran filem tersebut. Haha.

Aku bercerita tentang penemuanku tadi kepada abah, and as expected, abah buat endah tak endah. Sebab abah tak tengok filem tu lagi, lol. Kami pun menuju ke Volksgarten. Kebetulan pula hari cerah dan panas. Ramai warga emas yang mengambil kesempatan ini untuk menghirup udara segar di taman-taman. Damai. Ahh terasa berat pula hati untuk pulang.

Selepas makan tengahari, aku menemani abah ke airport untuk menghantarnya pulang ke Malaysia. Adoi, sekejap saja dapat travel dengan abah. Kami berbalas salam dan lambai. Dan aku pula kena segera balik ke Mariahilfer Strasse untuk cari hostel. Puas abah memujuk aku untuk terus saja stay di bilik hotelnya, tapi aku berkeras untuk mencari tempat bermalam yang lain. Alamatnya, lepas hantar abah, aku kena balik ambil bagasi di hotel abah dan cari hostel yang harganya lebih berpatutan.


Hari kelima:

Aku bermalam di Wombats City Hostel. Sangat recommended! Lokasinya sentral, serta ia memenuhi segala keperluan asas yang sering orang harapkan di sebuah hostel, terutamanya berjumpa strangers. Seusai sarapan dan checkout, aku terus menuju ke Austrian National Library; one of the most beautiful libraries in Europe. Kalah Book of Kells kot.

Seterusnya, dari Michaelerplatz, aku merinci setiap sudut bangunan di bahagian kota lama ini. Tidak lama pun. Tapi sempatlah join Sunday mass di Stephansdom. Kami baca surah Psalms dalam gereja :P Petang itu aku kena pulang ke hostel, ambil bagpack dan pulang ke Edinburgh. Maka sekian sahajalah kisah pengembaraan anak dan abah di bumi Austria.

Oh those old papers smell...

Di dalam Stephansdom

Vienna weekend trip ni merupakan cerita sepurnama yang lepas (procrastinating update as usual). Sepurnama depan pula aku akan ada final exam. Seminggu lagi tarikh akhir disertasi fyp. Pantas sungguh masa berlalu. Tahu-tahu saja sudah ekuinoks. Matahari makin meninggi, dan julat waktu solat pun sudah hampir sama seperti di Malaysia.

Ahhh. Merungut tentang kesuntukan masa ni bukan boleh bawa ke mana pun. Doakan saya? :’)

Tuesday, March 10, 2015

23.

Abah came all the way to Vienna to give me this. T_T


Kau tahu, aku rasa macam baru je terjumpa ayat ni. Rasa macam baru relevan. Rasa directly hits me hard. Nak baca pun kena go through satu-satu perkataan dia, terutamanya i'rab. Padahal ayat 14 al-Imran ni selalu je baca sejak zaman usrah kat sekolah dulu. 

Nak kata betapa dah lainnya wavelength dan cara fikir aku sekarang ni. Gitchew. Kalau dulu tak pernah terlintas pun dalam otak untuk cari perempuan dan anak pinak, harta kerjaya, kuda dan kebun (read: kereta dan property). Dulu, prioritinya cuma belajar rajin-rajin.

Tapi tu dulu. Zaman takde tanggungjawab. Zaman belum matang (macamlah aku dah matang sekarang?). Dan tipulah kalau aku tak rindu zaman dulu-dulu. Zaman tarbiah Ustaz Syuk Ustaz Baki Ustaz Nizam. T_T

But then we have to move on lah kan. Kejadah apa nya living in the past glory. Walau masa depan masih samar (terutamanya akulah sebab aku budak electrical, sobs), hopefully Nazrin Afifi tak putus asalah dengan uncertainties. Memanglah masa depan tu penting, tapi jangan difikirkan dipeningkan kepala sangat kot? Strike the balance between the two.

We've come to an age where we have to make big decisions. Of which the circumstances are not for our parents to bear anymore (exception to a few things, though). I wish I could realise this earlier. Maka tazkirah ni aku kira bukan untuk aku seorang. Awak yang tengah baca pun harap hadam.

Terima kasih semua. Terima kasih pada yang mendoakan aku. Aku sayang kalian lillahitaala.

Saturday, February 21, 2015

Are you a brick or a gap in the wall of the ummah?

“What is a duvet without a 60kg-ish meat and bone?” LOL. Iron sure knows how to put words into perspective. Lebih2 lagi dalam musim shita’ ni.

Tapi memang betul pun. Duvet lah musuh utama gua untuk keluar bermusafir. If only I could have a vacation (and money) to the southern hemisphere in December. Australia and New Zealand pulak are way behind the globe though. But as spontaneous as I can be, the character eventually pulled myself to Ireland and Poland, leaving only a few days of winter holiday being left unoccupied. Oh well.

I shall save the Poland story for another time. The highlights of my winter whereabouts would be the 'Islamic Relief winter reflection tour' and PUISI. I’ve covered bits and pieces of PUISI experience somewhere in my previous blogpost, so allow me to share my scribbles on the IR talk right now.

Three speakers were present at the British Muslim Heritage Centre, Manchester; namely Sheikh Jamaluddin Hysaw (God I just love his US accent), Sheikh Yusuf Az-Zahaby and Brother Zeyara (the youtuber and the 'inspiration series' main actor). I particularly love the way Sheikh Jamaluddin emulates the idea of tackling hypocrite in his own words.



He said, “start looking at the depths of our own souls, and define who you are."

“Journey of self is not gonna be easy, but it has to be done. We do what we do for validations, not for loving ourselves. How many of us can say to ourself ‘I know me’ ?”

“Stop being ignorance for who we are. When do I become to sing the song of submission?”

I am quoting him word by word, btw. And subhanallah, until that time, never had I thought of my internal conflicts as serious as it should be. It’s of reminding our sole purpose of being a human - of aligning our intentions straight, and thereupon committing proper actions. How I wish I can exercise this more often.

I did not write many points from Sheikh Yusuf though, but the gist of his part was reminding us that afflictions are but a test. Why must there be tests? Because we are in the DUNYA, people.



Then came Brother Zeyara to the stage. And suddenly the sisters were cheering and fan-girling (I do not know if there’s such a word) while I looked to the brothers on my left and right side, each of us raising eyebrows with an unspoken thought of ‘oh god why are you sisters not cheering for the previous sheikhs?’

Aaaanyway, Zeyara’s take-away messages are;
  1. The problem of our youth is that we dislike discussing serious topics. It’s okay to laugh and chill, but let us not forget to address the muddle of our ummah.
  2. We do not really donate as much because we did not see/understand the reaction of the poor when they received donations. If only we could see those grateful smiles.
  3. Our Prophet Muhammad SAW trained sahaba in different ways according to their talent. The talent/skill possessed by the sahaba is like a brick, of which our prophet managed to build a wall from them.

Or as Zeyara reflected, “how many skills that we’ve today? (Perhaps) The better question is, are you a brick or a gap in the wall of the ummah today? Are you helping the ummah, or you’re just an extra muslim?”

No cheering or takbeer was heard from the sisters’ side anymore. Lulz.

As usual, there’s a ever-energetic donation drive and auctions held. And the most awaited opportunity for the sisters; having photos with Zeyara. I succumbed to the pressure and did a few selfies. Duhh. Bersembang kejap lepas tu gua chow sbb kena catch a bus to Glasgow pulak later that night.

As soon as the overnight bus reached Glasgow, I immediately boarded a flight to Dublin. Rushed my way out from the airport so that I can be at the Dublin mosque on time to follow the convoy to Glendalough. Gila hectic nak mampus. But Allah eased my journey hamdallah and then PUISI pulak menantiii!! (read: excited)

Habis PUISI gua terus cabut ke Belfast jumpa Aslam. Mak oiiii lama gila tak jumpa ‘budak gitar’ ni (nama fb lama dia. kahhkah). Pusing Belfast. Pusing Giant’s Causeway. Pusing Dublin balik. Pastu pusing Poland terus lepas ‘after party’. Naik pusing aku jadinya. Adik aku kata - pishang. Lantaklah pisang ke pusing.

ps: So glad sebenarnya I can be a part of the PUISI team tahun lepas. Abang Arif the pengarah iz zo efficient. Qayyum and the module team are so awesome. Team dapur is so fit! Adik2 peserta pulak are so proactive and knowledgable that gua as faci terasa diri begitu kerdil huhu. Ustaz Ridha lah paling mantap kot. Ustaz yg paling awal bangun pagi, participate dlm LDK peserta and hiking, amend mana2 module yg perlu and everything. Siap pesan dan peringat kepada kami the ajks agar baca quran at least semuka sehari dan istighfar banyak2. Alahai. Rindu lah puleks.

Jenuh cari silent killer time ni. Ustaz Ridha rupanya -.-

That’s all lah for now. Gua mohon undur diri dulu.

Friday, February 13, 2015

Sudden realisation

"I wish I can visit and work in Malaysia some time in the future."

Begitulah harapan Samih yang dikhabarkan kepada kami. Samih merupakan seorang pediatrik yang berjaya di Scotland. Kami bertemu dengan doktor berketurunan arab mesir ini di multifaith room lapangan terbang Edinburgh setelah sekembalinya kami dari Ireland. Aku tersenyum sahaja mendengar harapannya itu seraya bertanya, "why?"

"Why, Malaysia is not a very nice place to live?"

"Within Islamic countries, I think Malaysia has progressed very well. You are very modern. And I know Malaysians can speak English fluently," tambahnya lagi.

To which I promptly replied, "but we don't have underground tubes like Kaherah and London had." And I argued, "but medical career in Malaysia is not really enjoyable. I think most of my friends prefered to work here in the UK and Ireland after they graduated."

Mahu sahaja aku tambah isu 'political instability' bagi menguatkan iktikad pesimisme terhadap negara sendiri, tapi aku diamkan setakat itu untuk memberi ruang kepadanya memuji tanah airku. Begitulah rata-rata orang Arab yang aku selalu ketemu dalam permusafiranku - suka benar memuji kemajuan materi dan duniawi Malaysia semata.

Terkadang aku berasa bangga, tapi banyak masanya aku berasa jelak. Mengiakan pujian mereka saja sudah membuatkan aku persis sepotong tunggul yang hipokrit. Barangkali mereka fikir kita akan merasa seronok dipuji-puji? Entah aku tidak pasti.

Selang beberapa hari bertemu Samih, pesimismeku terhadap Malaysia semakin meliar. Apa tidaknya, hari-hari yang dilalui sangat menyesakkan dada. Buka whatsapp, si musibat menjaja fitnah dalaman PAS. Buka Facebook, si ISMA menjual kebodohan rasis. Buka Twitter, masuk pula khabar Anwar dipenjara. Buka portal 'berhaluan kiri', diputarnya kebencian terhadap autoriti agama. Baca Utusan, ada pula muka aku bersalaman dengan presiden perkasa -.-

Itu baru isu lokal. Belum dibuka cerita isu global seperti #charliehebdo dan #pelukkpop. Peluk kpop tu kira globallah sebab melibatkan korea kan?
[Artikel ni agak bagus aku kira untuk isu islamofobia - https://www.middleeastmonitor.com/articles/europe/16354-europes-fear-of-islam-from-paris-to-dresden]

Aku serius bingung.

Bingung memikirkan masa depan politik tanah air. Oh ya, dan juga ekonomi (ie. cukai dan zakat) serta sosial (ie. isu boikot peniaga Cina. wtf). Bingung sebingung-bingungnya (padahal aku bukan wakil rakyat heh)

Sehinggalah...

Dunia seakan-akan terhenti petang semalam. Jasad tiba-tiba menggigil dan merasa lemah. Masa merangkak dengan sangat perlahan, seraya aku scroll timeline untuk mendapatkan kesahihan berita pemergian tok guru. Sudah lama aku membayangkan 'bagaimanalah kalau saat ini tiba', dan ternyata, aku cukup lemah untuk menerima hakikat ini.

Petang itu - berbaris-baris ucapan takziah muncul di media sosial. Beratus-ratus gambar Pulau Melaka dan catatan belasungkawa telah aku hadami. Sehingga bersengkang mata pula aku melihat siaran langsung pengebumian jenazah tok guru di internet.

-------------------------------------

"Aku pernah tengok tok guru dari jauh je. Kat pwtc. Event ape ntah tak ingat," cerita Aiman Hatim.

Usai solat jenazah ghaib dan bertadarus surah Kahfi pada malam itu, Aiman bercerita pengalamannya bersemuka dengan insan hebat ini. Alangkah ruginya aku! Seorang rakyat Kelantan yang langsung tak pernah bersua muka semasa hayatnya. Lebih rugi pula apabila tiada satu buku tok guru pun yang pernah aku khatamkan. Tsk.

إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud. Dishahihkan oleh Al-Albani)

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.”(HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)

Dalam mengulas hadis ini, Hafidzi kata, "ulama' telah mati di sisi kita kalau kita tak ambil ilmu yang ada pada diri mereka." Adoi, sentap level infiniti beb.

Dalam masa kita tak sure atas sebab apa kita menangisi pemergian tok guru - sama ada kerana sayangkan sosok tubuhnya semata atau atas dasar iman - ulama' juga telah kita bunuh kerana kita tidak mengalirkan ilmu-ilmu mereka. An indirect way of saying it. Pertemuan kami pada malam itu kemudiannya diakhiri dengan konklusi;

1) Telah jelas banyak ruang kosong dalam perjuangan islam marcapada. Ayuhlah kita isi gerabak perjuangan ini. Be a man of significance!
2) Dalami ilmu agama dan jadi ulama' semampunya. Tak kisahlah kau dokter ke injineur ke. Harus kita kejar title 'teknokrat hizbullah' itu.
3) Nangis dalam hati. Still rasa sebak. Aku pun tak tau macam mana ni boleh jadi poin konklusi yang ketiga -.-

Wallahu'alam.

Saturday, January 31, 2015

#PUISI14



Bismillahirrahmanirrahim…

Fuhhh dah lamanyaaaa tak update blog! #JariMenari ni pun dah jadi #JariHikikomori gamoknye, haha. Tapi disebabkan withdrawal syndrome itu masih ada, aku gagahi jua jari ini utk berkongsi sedikit sebanyak input-input #PUISI14 Disember lepas. Minta maaf awal2 jugak kalau poin-poin yg dikongsi ni bersepah.

Compass Setting

Ustaz mulakan hari pertama #PUISI14 dengan sedikit panas sebenarnya. Kalau imbas balik, nak tergelak pun ada. Mana taknya, emcee memperkenalkan Ustaz Ridhauddin sebagai salah seorang penggerak gerakan wahabi di Malaysia. Dan tak semena-mena, para peserta nampak begitu gelisah dan tak senang bontotlah hahaha. Siap ada yang tanya, “betul ke ustaz wahabi?” “ustaz wahabi disebabkan pengaruh keluarga atau pilihan ustaz sendiri?” Lol.

Menjadi pulak lakonan/pakatan ustaz dgn emcee (feat. brader jet and faiz) malam tu. Walhal ustaz saja je nak test reaksi spontan peserta sbb ia sgt berkait rapat dgn minda separa sedar kita. Dengan menggunakan abstrak kes pengeboman di Canada, ustaz kata minda kita ni senang sgt dipengaruhi oleh media.

Obsesi kita terhadap sesuatu benda juga mampu membentuk karakter. Ustaz bg contoh org yg suka tengok cerita hantu dgn sikap penakut. Orang yg obses dgn anime selalunya tak berpendirian dan tak ada sifat kepimpinan (though I guess many will disagree with this). Tapi obsesi juga bergantung pada masyarakat setempat eg. tipikal cerita hantu di nusantara - org akan cari bomoh/ustaz. Tapi cerita hantu di western countries - org pergi library. Haa nampak tak beza budaya tu?

Poinnya: latar belakang kita sgt menentukan cara fikir seseorang.

#PUISI14 bertemakan pemuda, maka ustaz define definisi pemuda, baligh dan mumayyiz. Paling sentap bila ustaz berjaya buktikan yg kami semua belum mumayyiz T_T

Ustaz: Mumayyiz tu apa?
Semua: tahu membezakan yg baik dan buruk… (hampir serentak)
Ustaz: Oh pandainya semua… ok, siapa dah mumayyiz?
(semua angkat tangan)
Ustaz: Harini, siapa tak kutuk orang lagi?
(semua sengih sumbing lol)

Ustaz pun ada guna abstrak ‘mufti Pahang melarang penyebaran dan pemilikan bahan bacaan Wahabi’ (in fact, ustaz guna banyak gilaaa abstrak throughout the whole 4 days sampai aku dah jadi penat nak relate semua benda unconsciously -.-). Apa2 pun, ustaz setkan minda para peserta agar buat alignment cara berfikir dgn cara bertindak yg betul. Cara berfikir dan cara bertindak ok guys.

Pemuda Islam dan cabaran masa depan

Sekali lagi kami ditegaskan, graduan #PUISI14 mesti ada neraca Islam dlm segenap aspek kehidupan. Hatta nak kentut pun mestilah ‘kentut islami’. Haha. 


Ayat 92 dan 93 jelas menunjukkan bahawa dialog nabi Musa a.s. itu berstigma. Kata ustaz, dlm bahasa mudahnya, nabi Musa a.s. cakap, ‘hang buatpa? hang tak dengaq cakap aku?’ Hikmah yg nabi Harun a.s. tonjolkan dlm ayat seterusnya pula perlulah kita ambil perhatian. Kenapa nabi Harun a.s. guna ayat ‘anak emak’? Haaa hal ini adalah utk bagi org cool down.

Cool down. Bertenang. Think positive. Lalu ustaz kaitkan teori topi hijau yg dipopularkan oleh Edward de Bono (?). Bahawa perlunya kita jangan bersikap gelojoh dan sentiasa positif! Yosh!

Ustaz ada berkongsi hadis sahih Muslim ttg nabi Musa a.s. menumbuk malaikat maut sampai terkeluar biji matanya, tapi aku tak ingat macam mana boleh digress sampai ke sini (ustaz digress all the time, tbh. haha). Haaa oh yes, ustaz bagi contoh hadis ni utk counter dakwaan org “eh takkan laa nabi-nabi main tarik janggut tumbuk-tumbuk orang kot?” Syarah dan perbahasan hadis malaikat maut ditumbuk ni ada banyak di internet so antum boleh google je, but anyway poinnya, nabi-nabi ialah lelaki yang buat perkara yg betul mengikut konteks pada masa itu. Kita kena ada sudut pandang ni ye kawan2.

Then ustaz tanya, “apa beza pluralisme dan pluraliti agama? Apa beza kronisme dan kroni?”

I guess semua org boleh jawab soalan ni, tapi entah kenapa, aku macam first time baru perasan kroni selalu berlaku dlm sejarah islam. Like, ketua kerajaan selepas nabi Daud a.s.; anaknya nabi Sulaiman a.s. Keempat-empat khalifah merupakan bapa-bapa mertua dan menantu-menantu Baginda saw. Wanita pertama masuk syurga; Fatimah puteri Baginda. And the list goes on, but also with the fact that mereka semua sangat layak berada di posisi mereka. Berbeza dgn amalan kronisme ie. memberi jawatan kepada sesiapa saja sama ada layak atau tidak layak.

Ok next ada pembentangan LDK. Each group was assigned a recent islamic conflict. Ada team yg dpt kes ‘I want to touch a dog’, ada yg dpt isu ’tindakan MAIS yg menyesatkan SIS’, dan ada yg kena bincang isu ‘denda ke atas wanita islam yg tak bertudung di kelantan’. Team aku dpt kes ‘Peshawar attack’, tapi atas kekangan masa, team aku tak berkesempatan utk bentang hasil dapatan. Rasa down gila sbb perbincangan kami agak produktif sebenarnya huhu. Rushdi, Fikri, Khomeini; korang awesome!!

Anyway, aku rasa kesemua peserta berjayalah menunjukkan ciri-ciri pemuda islam dalam menangani situasi2 konflik. Eg:
  1. tidak gelojoh dlm mengeluarkan pendapat, 
  2. tidak menghukum dan mengata orang, 
  3. keperluan untuk memahami latar belakang manusia, 
  4. sentiasa mencari cara terbaik untuk menjelaskan bilhikmah, serta 
  5. meraikan kebebasan berfikir.
Banyak lagi cabaran yg kita perlu tempuh dlm dunia islam sebenarnya. Menelusuri tahun 2014 sahaja sudah cacamarba, inikan pula dengan islamophobia yg terbentang di depan kita pada awal 2015. Obviously lah we have a lot of work to do. Start by reading up relevant issues (educating ourselves), like, read a lot. Kadang kita ni suka bagi alasan sibuk, ye lah, student medik kan… sampai ‘sibuk’ tu has been our ‘always’ dan kita buta dgn org lain yg lagi sibuk daripada kita.

So… wake up, guys! (hoh semangat tetibe)



Akidah pemuda islam

العبرة بمسمى لا بالاسمأ

‘Pengajaran itu pada substance, bukan drpd labelnya’. Sesetengah org tu (tak perlulah kan point out mana2 badan), suka2 hati je label org ‘liberal’ ‘pluralis’ ‘ultrakiasu’ dsb without knowing the exact definition for those terms. Honestly, I did not see any way forward by putting a label to people yang tak sehaluan dgn kau. It brings further chaos and discontentment tu ada lah. Perhatikan hadis yg selalu kita dengar ini;
Dari Nukman bin Basyir, katanya…"Suatu ketika kami sedang duduk-duduk di Masjid Nabawi dan Basyir itu seorang yg tidak banyak bercakap." Datanglah Abu Saklabah lalu berkata: "Wahai Basyir bin Saad, adakah kamu hafaz hadis Rasulullah tentang para pemerintah?" Huzaifah radhiAllahu `anhu lalu segera menjawab: "Aku hafaz akan khutbah Rasulullah sollallahu `alaihi wassalam itu." Maka duduklah Abu Saklabah Al Khusyna untuk mendengar hadis berkenaan. Maka kata Huzaifah radhiAllahu `anhu, Rasulullah sollallu `alaihi wassalam telah bersabda:-
“Telah berlaku zaman kenabian keatas kamu, maka berlakulah zaman kenabian itu sebagaimana yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkat zaman itu. Kemudian berlakulah zaman khalifah (Khulafaur Rasyidin) yang berjalan sepertimana zaman kenabian. Maka berlakulah zaman kenabian itu sebagaimana yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkatnya. Kemudian berlakulah zaman pemerintahan yang menggigit (zaman fitnah -keamiran/beraja /zaman kesultanan ). Berlaku zaman itu seperti yang Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya juga, kemudian berlakulah zaman pemerintahan diktator(zaman pemerintahan diktator dan demokrasi) , dan berlakulah zaman itu sebagaimana yang Allah kehendaki. Kemudian berlaku pula zaman khalifah yang berjalan diatas cara hidup zaman kenabian. Kemudian Rasulullah sollallahu `alaihi wassalam pun diam.” (Riwayat Ahmad, Bazzar, At Tabrani)
Ibnu Khaldun dlm Muqoddimahnya menukilkan (kurang lebih); putaran sejarah secara makro menunjukkan sifat tamadun itu berkembang dan menguncup. The hadith itself gave an implicit idea to base Ibn Khaldun’s thought, but the most important is, quoting ustaz word by word,

“Al-Fateh bukan org pertama yg struggle nak buka Constantinople. Raaaaamai dah. Semua struggle nak buka supaya ‘akulah yg dimaksudkan oleh nabi’. Have we put our struggles to what’ve been mentioned by our prophet saw.?”

Ustaz kemudiannya menyeru kita utk menjadi teknokrat hizbullah ie. professionals yg menyampaikan agama dgn bahasa rakyat. Ye lah, rakyat, org kampung terutamanya, lebih memandang tinggi doktor Ireland yg mampu bagi khutbah tanpa melihat teks. Lol I’ve no idea kenapa ustaz bagi contoh tu.

Sebab tu ilmu silang bidang sangat penting. Terutamanya agama dan medik (arghhh ustaz selalu bagi contoh medik, kami engineers berasa dianak tirikan pula haha). Agamawan hanya mampu beri guidelines bersandarkan nas, tapi doktor lebih memahami polemik perubatan eg. euthanasia. Hanya jauhari yg mengenal manikam, bak kata org kampung aku.

We also went on great length discussing dasar2 islam eg. syumuliyyah, robbaniyyah, waq’iyyah, thabat walmurunah etc. But I shall not touch these topics extensively here kot. Your home takeaway point would be, we should digest dasar2 islam by its values, not just barely knowing their bulletpoints. Which reminded me of the ‘kentut islami’ that I’ve mentioned somewhere above. Perbahasan kentut islami tu takde, tapi prinsipnya tetap ada. Well you know lah, like, kentut yg beradab, tak tuduh org lain yg kentut, dsb.

Hiking & Explorace



Bestnya #PUISI14 kali ni, kami hiking around Glendalough dgn ustaz. Lama lah jugak nak sampai ke puncak ___ (insert nama bukit tu sbb aku dah lupa). Ada lah makan masa sejam setengah kot. Dengar ceritanya ada muslimat yg dah nak give up, tapi sebab semua org bersemangat waja, maka secara tak langsung beliau termotivasi utk menamatkan pendakian. Salute!

Ustaz bagi pengisian jiwa sikit di puncak bukit ni. Ditemani teko berasap dan bau wangi… ditemani cahaya malap dan lagu reggae… eh? ni lagu malique -.-! Sebetulnya ditemani bayu dan desir lalang… terasa sangat syahdu di situ. Ustaz sudahi pula dengan doa nabi Yunus a.s yg kami baca ramai-ramai… sangat terasa alam juga turut berzikir bersama-sama. Oh kenapa pula aku bermelankolik.

Turun dari bukit kami main explorace. Aku tak main lah sbb aku kena jaga checkpoint giant sudoku. So aku tak boleh share ibrah drpd checkpoints yg lain. The sudoku is fairly simple, tapi disebabkan aku kejam, maka takde team pun yg dpt full token drpd aku muahahaha.

Sebelum each team proceed on solving the sudoku, I asked them, “berapa lama masa agak2 antum boleh siapkan sudoku ni?” Ada yg jawab 10 minit. Ada yg konfiden 5 minit. Tapi last2 semua team took more than 15 minutes pun utk selesaikan -.-. And at the end of the task, I am supposed to preach a few ibrahs laa for this game. It turned out I am the one who’s getting preached lol.

Aku tak ingat siapa (sebab peserta #PUISI14 kali ni semua mantap2 I feel so small), but he shared “sudoku ni macam life kita la. Ada klu dan ada kelompongan yg kita kena isi. Bezanya cuma life kita tak ada expiry date or time due mcm dlm game ni. Boleh jadi esok lusa ajal kita. But we shall do best in our life right now. Insya-Allah k guys..?” Huuu #deep betul tarbiah sudoku ni.



Slot ASDA (apa saya dapat)

Eh, belum apa2 je terus slot asda? Haha actually ada talk ‘Syariah Pemuda Islam’ tapi entah kenapa aku takde notes utk talk tu T_T

Again, quoting ustaz word by word, “org yg mati hati, tunjuklah syurga pun, dia tak nak. Sebab dia tetap nak dunia.”

Ustaz kisahkan kepada kami, sewaktu Abu Bakar melihat daun jatuh, Abu Bakar bermonolog; ‘beruntung engkau wahai daun, engkau gugur tidak dimuhasabah.’ Ibrahnya, jangan sampai kita buta hati atas segala hikmah yang berlaku di muka bumi ini. Hikmah tak semestinya diperoleh drpd ceramah. "Sebab kalam Tuhan tu ada di mana-mana.”

Pada hari terakhir, ustaz bercerita ttg pemuda Kahfi. Bahawa mereka semua itu pada asalnya tidak kenal antara satu sama lain. Ditakdirkan, mereka lari daripada pemerintah yg zalim dan bertemu di sebuah pohon. Kata ustaz, “hati yg mencari Tuhan, mudah utk bersatu.”

“Modul yg dibuat oleh committee hanya mekanisme utk bawa kalian kpd Tuhan. Itu sahaja. Hati tak boleh dibuka dan ditutup melainkan dgn daya diri sendiri.”

Setakat ni je lah kot yg mampu jari aku menari. 4 hari sumpah terasa sangat singkat. Kalau ada satu pengajaran unik yg boleh aku share, ermmm budak2 medik ni sangat berotak mesin (-.-‘) ie. input-proses-output. But this is just a pukul-rata generalisation jeee haha. K bye assalamualaikum.